Sebagaimana kita ketahui banyak dari para ulama yang mengqiyaskan fenomena umat hari ini dengan 1000 tahun lalu sebelum kedatangan kaum Salibis dari Eropa. Salah satu ulama yang berhasil memotret dari dekat tentang apa saja kelumit permasalahan umat yang mengakibatkan jatuhnya al-Quds ketangan pasukan Salib. Ialah Dr. Majid Irsan al-Kilani seorang ulama yang berkibar namanya pada abad ke-20 karena fokus mendalami ilmu pendidikan Islam. Salah satu kitab yang fenomenal dan bahkan ditakuti oleh Yahudi hari ini yaitu kitab karyanya yang berjudul, “Hakadza Zhahara Shalahiddin wa Hakadza ‘Mat al-Quds.”
Dr. Majid menganggal bahwa sejarawan kebanyakan terlalu fokus mengangkat nama Shalahuddin dan melupakan martir-martir, perintis dakwah, dan para aktivis Islam yang merajut gerakan hingga terbentuknya pasukan yang patuh dalam satu panji Shalahuddin.
Salah satu sorotan yang akan kita kaji dalam tulisan singkat ini ialah berbicara tentang fanatisme mazhab dikalangan umat Islam. Dr. Majid menuliskan ada dua mazhab besar yaitu; Hambali (yang mewakili kaum atsariyah atau ahlu hadits) dan Syafi’iyyah (yang mewakili kaum Asy’ariyah dan Maturidiyah). Kedua mazhab ini dinilai telah melampaui batas dalam mendukung mazhabnya sehingga urusan umat yang besar terabaikan, yaitu masalah tentang isu politik serangan dari Barat.
Pada masa itu kalangan mazhab Hambali begitu bersemangat menyebarkan pemikirannya pada masyarakat awam dan juga mereka piawai berdialog dengan berbagai aliran dan orang yang menyerunya sanggup menanggung beban dalam usaha dakwahnya.
Adapun mazhab Asy’ari yang dikenal mempunyai pengetahuan luas dan mampu menghadapi kaum filsuf dan kebatinan. Bisa dikatakan bahwa inti kesalahan kedua golongan tersebut terletak pada loyalitas mereka yang lebih cenderung kepada afiliasi mazhab bukan kepada fikrah mazhab atau umat yang menjadi pengikutnya.
Setiap mazhab menganggap bahwa mazhabnyalah yang menjadi representasi atas dunia Islam. Ada beberapa ulama yang mencoba membuka pintu toleransi antar mazhab namun mendapat cibiran pedas dari orang-orang fanatik mazhab. Syaikh Abu al-Wafa Ali bin Aqil adalah contoh ulama yang mencoba bertoleransi dengan kaum Asy’ari.
Ada sebagian orang yang fanatik mengqiyaskan ayat “..padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir)..” (QS. Al-Baqarah : 102). Mereka mengatakan, “sesungguhnya Ahmad bin Hambim tidak kafir, namun para pengikutnyalah yang kafir.”
Kitab “Tabyin Kadzib al-Muftari” karya Ibnu ‘Asakir adalah sebuah produk atas ta’asub mazhab yang bergelora pada masa itu. Dalam kitabnya Ibnu ‘Asakir habis-habisan membela mazhab pemikiran asy-Asy’ari dengan menukil setiap perkataan ulama yang mendukung mazhabnya. Ia juga mengatakan “maka siapa yang merendahkan mazhab asy-Asy’ari setelah membaca karyaku ini, berarti ia adalah seorang pendusta dan layak mendapat hukuman yang lazim diterima oleh seorang pendusta.”
Pada hakikatnya, fenomena seperti ini dapat terulang pada setiap masa selama mazhabisme atau hizbiyyah tersebar luas, juga selama pelajar-pelajar yang bodoh menggantikan posisi pelajar yang jenius dalam berbagai bidang studi Islam. Di saat itulah Islam terjerembab dalam kubangan eksklusivitas, jumud, dan ekstrim.
Jadi problem yang dikritisi oleh Dr. Majid adalah fenomena yang sama persis hari ini terjadi. Belum lagi media sosial yang luar biasa dengan cepat menyuburkan perpecahan bukan mempermudah untuk saling klarifikasi. Kondisi semacam ini mempermudah musuh menguasai al-Quds.
Dr. Majid juga memberikan contoh perbaikan yang di lakukan oleh para ulama seperti Ibnul Jauzi, al-Ghazali, Ibnu Abi Qudamah al-Maqdisi, dan ulama yang lain sebagainya berkombinasi bersama para mujahid seperti Nuruddin Zanki, Assadudin Shirkuh, dan Shalahuddin al-Ayyubi dalam rangka merapihkan kekuatan Islam. Singkatnya benang merah yang ditawarkan oleh Dr. Majid adalah penyelarasan antara kedua mazhab yang bertikai pada satu tujuan yaitu pembebasan al-Quds. Serta saling menolongnya ulama dan mujahid.
Referensi :
– Dr. Majid ‘Irsan al-Kilani, Model Kebangkitan Umat Islam, (Depok, Indonesia: Mahdara Publishing 2019)
By : Rulian Haryadi
By : Rulian Haryadi
By : Rulian Haryadi
By : Rulian Haryadi
By : Rulian Haryadi
By : Rulian Haryadi