Beberapa pekan lalu, kita dihebohkan dengan statement Puan Maharani selaku Ketua DPR RI dari parpol PDI Perjuangan yang mengatakan “semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila”.
Beberapa pekan lalu, kita dihebohkan dengan statement Puan Maharani selaku Ketua DPR RI dari parpol PDI Perjuangan yang mengatakan “semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila”.
Pernyataan Puan Maharani itu menuai protes sejumlah tokoh masyarakat inangkabau (Sumbar) hingga memunculkan acara di Indonesia Lawyer Club (IL) yeng bertajuk “Sumbar belum Pancasilais?”. Kalau memang beliau berdarahkan Minang, sepatutnya beliau telah mengetahui budaya dan adat Minangkabau, bahkan sebelum Pancasila itu muncul dan belum mengenal Pancasila, masyarakat Minangkabau telah terlebih dahulu menerapkannya.
Mengutip penjabaran dari Ustad Abdul Somad yang memberitahukan secara perinci tentang Pancasila dalam Minangkabau, sebagai berikut:
Untuk sila ketiga, Orang Minangkabau amat sangat cukup rukun dan syarat untuk buat negara. Diplomasi tidak ada yang paling hebat dari diplomasi Haji Agus Salim. Dia berhadapan dengan orang Belanda, orang Eropa, berbagai macam bahasa dunia dia kuasai. Tentang masalah ekonomi, kita tahu Bapak Koperasi Indonesia itu Bung Hatta. Tentang agama, jangan tanya lagi, orang Minangkabau, represtasi agamanya bukan tingkat nasional, tapi Imam Masjidil Haram, Syeh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Universitas Al Azhar dalam sejarah hanya sekali memberikan penghargaan gelar Dr Honoris Causa kepada seoarang ayah yang anaknya juga mendapatkan gelar Honoris Causa dia adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) dan ayahnya Abdul Karim Amrullah juga mendapatkan Honoris Causa dari Al Azhar. Ekonomi, politik, agama, orang Minangkabau punya. Bagaimana dengan tentara? Tentara-tentara Minangkabau tidak dididik di Indonesia, seperti Haji Gobang, Haji Sumanih, Tuanku Nan Receng, mereka adalah tentara yang luar biasa. Tapi kemudian mereka tidak buat negara, melainkan gabung dengan NKRI.
Tidak bisa dibayangkan jika sekelas Muhammad Natsir berada dalam forum ILC tersebut, selaku orang yang berdarah Minang tulen mendengar ucapan Puan Maharani, dan Natsir adalah salah satu lawan debat kakeknya Puan Maharani (Soekarno) terkait dasar negara Indonesia. Mungkin forum ILC akan menjadi terbelalak dengan statement Muhammad Natsir seorang yang kokoh memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Indonesia.
Bisa kita lihat dan nilai disini, sebelum masyarakat Minangkabau mengenal Pancasila mereka telah telah mengenal dan menerapkannya jauh-jauh hari. Lantas, apa tujuan statement Puan Maharani memberi legitimasi kepada masyarakat Minangkabau seperti itu? Apakah PDI Perjuangan memiliki jejak sakit hati di Pemilu Sumatera Barat yang hampir tidak mendapatkan kursi di Pemilu 1999 – 2019?
Jika memang didasarkan karena jejak sakit hati Pemilu tersebut, maka kita dapat membaca hadits riwayat Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “janganlah engkau meminta kekuasaan karena sesungguhnya jika engkau diberi kekuasaan tanpa memintanya, engkau akan ditolong untuk menjalankannya. Namun, jika engkau diberi kekuasaan karena memintanya, engkau akan dibebani dalam menjalankan kekuasaan tersebut”.
“Jaranglah orang berjasa yang mendapat pangkat dunia. Sebab pangkat dunia itu didapat dengan saling berebutan dan saling berkejaran, saling menekan, dan saling memfitnah”.
-Buya Hamka –
Judul : Jas Putih
Penulis : Rachmad Abdullah, S•Si., M.Pd.
Penerbit : Al Wafi Publishing
Ukuran : 14 x 20,5 cm
Halaman : 292 Halaman
Berat : 310gr
Jenis : Soft Cover
Rulian Haryadi
Faridoh
Alby Dwi Putra
Muhammad Dyan