Hari ini kita sadari bahwa perkembangan media sangatlah mewabah dan bisa diakses dari mana saja, akan tetapi kita selaku pembaca terkadang harus berhati-hati untuk isu-isu yang diangkat oleh media sekuler, terutama isu terhadap tokoh-tokoh Islam
Hari ini kita sadari bahwa perkembangan media sangatlah mewabah dan bisa diakses dari mana saja, akan tetapi kita selaku pembaca terkadang harus berhati-hati untuk isu-isu yang diangkat oleh media sekuler, terutama isu terhadap tokoh-tokoh Islam
Rasa ironi kalau memandang eksistensi media-media sekuler. Selain sekuler, mereka juga sering dijangkiti penyakit Islamophobia. Mereka seringkali menjadi ujung tombak kapitalisme, liberalism dan kolonialism. Chasing-nya anak bangsa, tapi jiwa dan misi perjuangannya melayani kepentingan asing. Apa yang mereka klaim sebagai indepensdensi media atau amanat jurnalistik, hanyalah dusta belaka. Media-media semacam ini umumnya tidak memiliki landasan ideologi, selain kepentingan pragmatis.
Setidaknya ada 10 trik media sekuler yang sering dalam membentuk opini yang mempengaruhi akal masyarakat dan melakukan pembodohan, sebagai berikut:
Biasanya hal ini dilakukan media-media cetak, meskipun media TV juga sering menayangkan liputan bertema sejarah. Dalam salah satu edisi majalah Tempo mengangkat tema, Pengakuan Algojo 1965. Didalamanya Tempo mengangkat fakta dan data seputar pembantaian para pendukung PKI di berbagai daerah, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, Medan dan lain-lain. Selain mengungkap kengerian pembantaian itu, redaksi Tempo juga menyeru bangsa Indonesia agar mau minta maaf kepada PKI dan para pendukungnya.
Untuk mengangkat suatu tema terkait sejarah, mereka tidak pernah untuk bersikap fair berdasarkan fakta-fakta, seperti pemberontakan PKI di Madiun diikuti dengan aksi pembantaian terhadap para kiyai dan santri. Seperti yang terjadi di Pesantren Sabilil Muttaqien atau Pesantren Takeran. Umat Islam dihabisi satu persatu menuju lubang-lubang pembantaian. Aksi jagal ini tetap terekam dalam benak para korban hingga puluhan tahun kemudian. Maka tak heran jika kelompok umat Islam tetap memandang PKI, yang bangkit kembali dibawah Aidit, sebagai ancaman bagi mereka.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam haruslah waspada dan berhati-hati dengan invansi media sekuler yang membuat opini dengan tujuan untuk membuat label dan atau menyudutkan umat Islam. Kita sebagai umat Islam sudah diberikan pegangan Al-Quran dan As-Sunnah seperti surah Al-Baqarah ayat 217, mereka mengerahkan segenap kemapuan untuk menembus pikiran umat Islam dengan berbagai cara, antara lain menghembuskan keragua-raguan dan kemelut berfikir (ghazwul fikr). Mereka melakukan hal ini tanpa memperdulikan agama.
Referensi : A M Waskito, Invasi Media Melanda Kehidupan Umat, Pustaka Al Kautsar, Jakarta Timur
Judul : Anthology 2020 Boomboxzine
Penulis : Boomboxzine
Penerbit : Boombox Zine Press
Ukuran : A4 (ukuran Majalah)
Halaman : 71 Halaman
Ummu Hurairah
Geutha Suwirna